Bulan ke-sepuluh dalam tahun masehi mengingatkan kita pada sebuah peristiwa penting. Sebuah peristiwa bersejarah, (saya bisa mengatakan: lebih dari sekedar sejarah) terjadi beberapa puluh tahun silam. Ya…28 Oktober 1928, tepat hari itu Pemuda-Pemuda Indonesia berkumpul demi menyatukan visi dan misi ke depan. Satu tanah air,. Satu bangsa, dan Satu bahasa, INDONESIA. Bukan panggil aku jawa, jangan panggil aku sumatra, jangan panggil aku papua, jangan panggil aku sulawesi dan jangan pula panggil aku selawesi. Jangan pula kau panggil aku ini, itu.. kami satu. Indonesia.
Cita-cita luhur ini penting. Bukan sekedar untuk dikatakan, bukan sekedar untuk di ucap. Tapi bagaimana sumbangsih kita untuk negara ini. Tidak harus sempurna, tidak pula harus membuat perubahan besar. Tidak juga harus bergelimpangan materi, atau bercucuran darah. Tapi sesuaikan dengan kapasitas kita sebagai pemuda. Istilah gampangnya, lakukan yang terbaik yang kamu bisa. Jadilah seorang yang berguna, dan jangan berharap orang lain meminta anda untuk memberdayakan anda. Kesadaran diri adalah kuncinya.
Sedikit menengok ke belakang, sudah sepantasnya kita bersyukur. Hidup di zaman merdeka. Saya sendiri tidak yakin apakah kita semua bisa menjadi warga negara yang baik saat negara belum merdeka dulu? Apakah kita mampu melawan pemberontakan hati, antara berjuang demi negara atau berjuang untuk kepentingan diri semata.
Dan kini, pemuda Indonesia haruslah memanfaatkan momentum yang tepat ini. Entah apa profesinya, entah apa statusnya. Mau jadi atlet, pelajar, mahasiswa, karyawan, dokter, perawat, wiraswasta, pengangguran, pegawai kantoran, pegawai negeri,atau apapun itu, lakukan saja apa yang bisa anda lakukan untuk negeri ini. Hindari saling menghujat. Ingatlah, Saling menopang adalah sebuah peng-aplikasian kearifan.
Saya bukanlah menggurui. Menulis seperti ini tentunya berfungsi menjadi pengingat bagi saya pribadi. Dan lebih berharga lagi bila berguna bagi anda. Intinya, sebagai pengingat bagi KITA.
artikel ini bisa dilihat di
Damashsuryasund's Blog 